Wednesday, July 29, 2009

Yogyakarta, Mei 1995

Rasa penat ini sudah mulai berkurang, namun rasa kagumku atas tanah jawa masih memenuhi kepala. Hampir 6 jam sudah tak henti-hentinya aku memandang dari balik kaca jendela bis Damri jurusan tanjung perak surabaya - Jogja. Pikirku ada yang beda dibanding tanah kelahiranku kalimantan atau leluhurku sulawesi. Suasana hiruk pikuk kendaraan, orang-orang lalu lalang tak habis dimakan waktu. Tidak ada hutan yang membatasi pemukiman disini, rumah beton menggantikan fungsi kayu untuk berteduh. Pastinya kendaraan meluncur mulus di jalan yang lebar dan tak berlubang. Sampai tibalah di sebuah pertigaan yang cukup besar (yang ternyata adalah pertigaan janti sebelum dibangun jembatan layang), sedikit membelok kekiri bis mulai melambatkan lajunya. Abah mengingatkan untuk bersiap turun saat bis telah berhenti sempurna, akupun mengangguk. Dan sore itu untuk pertamakalinya aku menginjakkan kaki di kota jogja. Bukan untuk berlibur, bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi.

Aku baru lulus SD saat itu, umurku 13 tahun dan aku sudah harus tinggal dikost bersama 3 kakakku yang terlebih dahulu sekolah disini. Dan sepertinya terlalu cepat untuk aku tinggalkan kedua orang tuaku dikampung. Entah apa yang terbesit dipikiranku saat menyetujui ajakan abang untuk sekolah di jogja. Sejatinya teman sepermainanku hanya meneruskan smp diatas bukit perumahan itu. Tapi abangku punya pemikiran lain, kenali lebih dini jogja jika ingin mengecap pendidikan yang lebih baik. Dan akupun mengiyakan itu.

Sekarang, 14 tahun berlalu sejak saat itu. Telah selesai sudah proses belajarku dikota gudeg ini. Cukup banyak yang bisa aku torehkan, moment berkesan berpadu dari biduk suka duka kehidupan yang telah aku lalui. Langkah yang tertinggal isyarat ladang bersejarah pergelutanku bersama buku dan kawan-kawan. Terima kasih jogja, kau berikan nafas lebih separuh hidupku didunia bersamamu. Manis dan pahit akan ku simpan, hikmah yang kudapat menjadikan bekal dalam menyusuri angkuhnya gemerlap ibukota. Dan akupun berlalu....

Saturday, July 25, 2009

MIDI Instrument, Harmonisasi Cukup Satu Kupu

Lebih 7 tahun lalu saat abang saya masih dijogja, banyak sekali lagu tercipta oleh dia. Maklum hoby bermain musiknya sudah ada sejak SD dilanjutkan dengan membentuk band Tomat saat dia SMU dg masih membawakan lagu orang lain hingga Cremona saat kuliah dg cukup banyak menelurkan lagu sendiri. Jika dibawah tahun 2001 band miliknya membuat sample album di studio-studio mini yg tersebar banyak dijogja, maka memasuki tahun 2002 adalah era home recording dengan hanya bermodalkan satu unit pc & sound card addon dari keluarga creative. Pemilihan home recording cukup beralasan lantaran sebagian crew Cremona sudah terpisah dg berbagai alasan mulai lulus kuliahlah, kawinlah, kerja diluar kota hingga pindah ke band yg “lebih bonafit”. Menyikapi situasi tersebut apalagi terlanjur banyak lagu ditelurkan dan sayang untuk tidak dierami , tak habis akal beliau membentuk kembali Cremona meski hanya dengan dua personel saja yaitu merekrut vocalis baru dan abang saya sendiri sebagai gitaris(melodi+rithm) merangkap aransemen, drummer, keybord, bassis, operator backing vocal dsb yang bisa dikerjakan serabutan. Tugas yang berat untuk abang saya jika harus memainkan keseluruhan alat music tersebut. Namun dengan teknologi MIDI maka sebuah sample album yang terdiri dari 8 lagu bisa diselesaikan dengan hanya melibatkan 2+1(karena saya sering handle untuk urusan teknisnya) orang saja dalam beberapa hari.

Apakah sebenarnya MIDI itu? Musical Instrument Digital Interface (MIDI) adalah sebuah standar hardware dan software internasional untuk saling bertukar data (layaknya kode musik dan MIDI Event) di antara perangkat musik elektronik dan komputer dari merek yang berbeda dan akhirnya diberikan sebuah standar baru bernama General MIDI 16 channel yang mampu menampung 128 macam instrumen (termasuk noise effect), dimana 1 channel dapat memainkan 3 – 16 note. MIDI umumnya ditemukan pada perangkat musik keyboard/organ tunggal/elekton pada acara festival music. Objek MIDi dalam sebuah PC dipresentasikan pada karakter-karakter multitrack berisi informasi jenis alat music, nada, pitch, durasi dan lain-lain dalam sebuah format file berekstensi mid dan rmi. Proses terjadinya instrument music yaitu saat dimainkan software pemutar music maka MIDI Device sound card akan membaca file midi laksana not balok multi track termasuk detail informasi didalamnya untuk kemudian menciptakan suara wave yg diambil dari file samplesheet midi bank (baik standar maupun suplemen soundcard) dengan pengaturan tinggi rendah/pitch/nada/modulasi oleh Auxiliary Controllers. Pemilihan soundcard juga tidak sembarangan agar suara yg tercipta mirip atau paling tidak mendekati suara asli alat music tersebut, dan itu bisa ditemukan di soundcard minimal kelas creative Vibra 128. Sound card ini sudah memiliki samplesheet 2,4,8 MB seperti SB live dengan tingkat noise output input yg lebih rendah. Sempat pula mencoba soundcard onboard kelas ESS Solo 1, hasilnya suara MIDI melenceng jauh dari aslinya, noise saat recording juga kentara sekali disamping tak memiliki hardware acclerration.

Lebih jauh, dengan menggunakan program CakeWalk Home Studio 2002 abang saya menciptakan irama lagu berbasis MIDI dari berbagai alat musik seperti bass, drum, cello, sysntesizer dsb. Dengan jumlah belasan track dimana masing-masing track mewakilkan 1 alat musik atau 1 sumber suara lainnya jenis wav untuk vocal atau tic gitar dimana wav direcord melalui line in atau mic ini. Untuk alat music MIDI dilakukan hanya dengan memasukkan karakter not balok baik dari nada, ketukan, birama, panjang dan lain sebagainya. Khusus untuk Drum yang selalu ada di track 10 (kalo gak lupa) setiap penempatan not akan menciptakan efek jenis perangkat drum yg berbeda seperti tom-tom, snar, drumbass,cymbal dll. Denagn menggunakan metronome sebagai acuan, drum adalah yang pertama dibuat, kemudian tic gitar asli dari input soundcard yg dimainkan oleh abang saya untuk masuk kesalah satu track dalam bentuk wav dan dilanjutkan dengan alat music MIDI lainnya. Sepertinya memang suara gitar sulit dimanipulasi menggunakan MIDI. Setelah Musik utuh tercipta, maka tic vocal dilakukan terakhir untuk bisa menyesuaikan dengan irama music yang dilakukan menggunakan mic. Jika terjadi kesalahan tinggal record ulang dibagian trac vocal atau diteruskan di track lainnya pada waktu yg disesuiakan pula. Tiap track bisa diaktifkan, diberi sound effek seperti reverb, chorus, echo dan banyak lagi secara independent, bersama-sama atau sendiri-sendiri dan bisa pula digeser seperti layer pada proses desain corel. Karena saat itu masih menggunakan processor kelas AMD K6-2 450mhz, tidak banyak effek dan track yg bisa dilakukan karena sering terjadi drop akibat tidak mampunya processor menangani proses realtime tersebut. Satu lagu “mentah” tersebut disimpan dalam file budle *.bun sebesar 200MB dan untuk menyatukannya dengan cara mengekspor kedalam bentuk mp3.

Salah satu lagu bertajuk “Cukup Satu Kupu” tercipta dari sebuah kamar kecil dg peralatan PC seadanya. Sebenarnya ini merupakan jingle kontes sewindu Telkomsel. Karena kebetulan saat itu liriknya digubah kembali dan belum di tic ulang, terpaksa saya sendirian bersusah payah mengisi sendiri vocalnya untuk kebutuhan track intonasi meski dengan nafas terengah-engah. Seingat saya cuma butuh 20 menit proses tic vocal + recordingnya enam tahun yang lalu. Untuk mendengarkan musiknya klik aja logo Cukup Satu Kupu dibawah.

Banyak kupu yang terbang dihatiku, hanya satu yang hinggap dihatiku
kini kau hadir untuk temaniku
hanya bayangmu yang slealu aku puja

reff

Bagiku cukup - Dirimu yang menjadi satu kupu hidupku
Cukup cintamu yang menjadi satu kupu hatiku
Kau yang terbaik yang pernah kumiliki
Begitu duniamu mencuri duniaku
Back to reff


Thursday, July 23, 2009

Alnect Computer : HDD WD Caviar Green SATA 1TB

Dua mata ini masih saja berat utk terbuka, namun dinginnya udara pagi jogja memang tidak mau berkompromi. Sayup cahaya pagi yg tak sempurna memaksa masuk kamarku. Sedikit memaksa, aku beranjak dari kasur sembari melirik jam dinding kamar yg menunjuk angka 09:12. Rekor bangun sekarang lebih cepat dari biasanya, unggul 5 menit sepersekian detik, not bad.


Sembari memanaskan air dispenser, akupun menekan tombol power lappie yg merupakan standar protocol bangun dari tidur. Akhirnya selesai juga download ISO DVD distro linux, driver vga versi beta yg gendut juga dibereskan, sebelumnya trailer filem transformer 2 versi HD juga ikut mengantri, sedangkan posisi puncak list download ditempati oleh ISO OS rilis beta terakhir ikut memenuhi folder unduhan yg tersimpan di partisi Data drive G. Internet unlimited bak pisau bermata dua, keleluasaan yg diberikan kadang menjadi sikap aji mumpung untuk mengunduh apapun yg bisa diunduh meski kadang tanpa alasan kuat mengapa file itu diunduh. Biarlah tak usah bicara moralitas, toh tak selalu internet ini waras koneksinya. Sepertinya ada hal lain yg harus diperhatikan. Sesaat kemudian diriku hendak mengatur berkas unduhan tersebutlah deretan angka-angka yg membuatku sensitive sekali hingga cukup mempertegas kegusaranku selama ini. Free space 2.3Gb utk partisi data dari kapasitas keseluruhan 130GB. Nominal 1.5% free space merupakan intimidasi terhadap mental, kebebasan, ketenangan & kreatifitas diriku. Masih segar di ingatan minggu lalu saat partisi data & master melebur menjadi satu. Resize, merge & redistributed space partisi kadang dilakukan demi menjaga tingkat ketesediaan space yg lebih baik, akhirnya pecah juga telurnya laksana gali lubang tutup lubang. Sebuah pertimbangan utk melakukan sensus data melintas. Bukan saja detail yg didapatkan, melainkan harus mengambil keputusan pahit saat menghapus suatu data yg lagi-lagi akan dirindukan nan diperlukan saat dirinya telah tiada.

Tak perlu sosialisasi, lewat file explorer sensus dimulai dari partisi teratas utk memudahkan pendataan. Membuka hajatan ini tampak partisi C yg cukup tambun utk ukuran system, 30GB memang ideal utk utk OS beta besutan perusahaan wahid ini, sekitar 18GB utk instalasi sistem, 7GB utk instalasi software pengolah kata, multimedia, desain, & sedikit programming. Free space 5 GB cukup utk penempatan temporally data OS, instalasi & internet yg lalu lalang tanpa permisi. Sepertinya memang tidak ada yg layak dikebiri, segalanya tampak serasi & sayang utk dimusnahkan.

Dari partisi atas kita turun ke partisi kedua. Menyandang nama sebagai drive D, wadah utk menempatkan secondary system berbasiskan OS yg cukup tua namun masih power full & digemari banyak user. Tidak muluk jumlah yg diminta, 15GB cukup representative utk dijejali berbagai macam perangkat lunak seperti system pertama. Namun diriku lebih lama berkutat di system operasi ini lantaran kompatibilitasnya terhadap software lebih baik. Wajar jika akhirnya desktop rimbun tertutup oleh shortcut aplikasi maupun projek berjalan & yg terbengkalai. Tak ada penampakan aneh disini utk dapat disingkirkan. Aku berharap kabar baik kutemukan dipartisi selanjutnya.

Lagi-lagi kembali vocal norah jones berkaraoke lewat player baru AIMP2 menyambut kedatanganku di partisi favorit sebesar 50GB yaitu partisi E. Cukup tegang diriku disini, tersadar saat pointer mouse kuarahkan kesekumpulan folder, sedikit bergetar genggaman ini & semakin menguat lantaran aura dari data-data nan sakral tersebut menyeruak masuk ke otak utk tidak diusik. Satu demi satu kutanamkan semangat bersanding kegigihan membaca mantra dunia tanpa batas, bibir inipun akhirnya mengucapkan kata penuh makna, “Games”. Tak sudi diriku mengkambing hitamkan data ini sebagai dalang hilangnya space hardisk, meski hanya 2Gb yg tersisa tidak termasuk image didalamnya. Biarkanlah.

Sedikit bergeser kebawah, F utk sebuah lagu. F utk sebuah partisi 60GB berisi 12.000 mp3 dari berbagai genre, tahun & bahasa. F utk nada kehidupan yg terkumpul sejak tahun 2000, bak harta warisan dunia enggan diriku membungkam suara-suara emas tersebut.

Tiga puluh menit berlalu, tak terasa balik lagi ke G. Selain berkas unduhan ternyata berbagai jenis data tumpah ruah disini, Folder Gibran berisi cerita pendek, puisi, segala uneg-uneg sampai surat lamaran berjubel didalamnya. Folder Pascal bermakna sesuatu yg akademis, keilmuan & projek menyangkut programming dg berbagai bahasan bertelur disitu. Folder picture mengadopsi 17rb image dan moment foto terbaik dari berbagai format. Namun tampak kontras sekelompok file corel mengambil banyak kuota disini. Beberapa file materi publikasi macam poster/baliho pameran computer atau desain interface projek maleo bisa berukuran 70mb akibat jumlah layer yang mencapai lebih dari 80. Folder lain tak kalah rakusnya sebutlah image games, movie, master maupun file multimedia lainnya menagih jatah preman yg menyisakan 2.3GB ruang hardisk. Bahkan terdapat Unknown partition yang kusadar milik linux sebesar 10GB menggenapkan kapasitas Blue Caviar ini menjadi 298GB(320GB).

Sesaat diriku termenung, keras berpikir tentang nasib data-data yg tersimpan ini. Setidaknya aku memerlukan sejumlah space untuk data-data non sistem seperti master, lagu, image file, film, games ataupun picture. Berangkat dari pengalaman akhirnya aku teringat akan sebuah brand yg telah teruji akan kemampuannya, baik dari sisi kinerja, ketahanan, kompatibilitas dan after sales yaitu Western Digital. WD Caviar Green SATA 1TB hadir dengan menggunakan interface SATA 2. Dengan menggunakan interface ini maka hardisk mampu memberikan kecepatan transfer data hingga 3Gbps. Tidak seperti saudaranya blue dan black caviar, dengan mengangkat tema green computing ternyata hardisk ini memiliki beberapa kelebihan yaitu :
  • Smart rotation (intelliseek+intellipower) : Saat mengerjakan tugas ringan maka hardisk hanya akan berputar dengan kecepatan 5400 rpm, namun jika dirasa terjadi peningkatan beban tugas yang lebih berat maka putaran akan naik ke 7200 rpm. Implikasinya yaitu penggunaan daya listrik yang lebih kecil, mengurangil tingkat kebisingan dan menjaga suhu operasional hardisk lebih dingin. Ini tentu saja menjadikan hardisk lebih awet dan tahan lama.
  • NCQ atau native command queuing merupakan fungsi pendukung untuk melakukan controlling (mengurangi pergerakan head seminimal mungkin pada saat menulis dan membaca) terhadap semua data yang disimpan dalam harddisk sehingga proses yang dilakukan lebih cepat dan mengurangi terjadinya kesalahan berdasarkan cara kerja perpendicular. Fitur performa ini merupakan unik karena hemat tidak harus mengorbankan performa.
  • Cache atau memory buffer yang besar yaitu 32mb. Buffer ini berguna sebagai memory penyimpanan sementara data-data yang lalu lalang dari dan kedalam hardisk. fungsinya untuk memperkecil latensi transfer data akibat lambannya sistem kerja mekanik sebuah hardisk. Dengan buffer sebesar itu akan mengurangi waktu tunggu untuk informasi yang sering diload dari dan kedalam hadisk.
Saat proses instalasi sebagai secondary master, tidak ditemui kesulitan yang berarti. Hardisk ini dengan mudah dikenali windows xp sp2. Setelah melakukan proses partisi dan format, dari everest terbaca suhu 32'c. Cukup dingin menurutku dibandingkan dengan saudaranya dari keluarga blue caviar. Penasaran dengan performanya, proses benchmark dilakukan dengan menggunakan software HD Tach. Dibandingkan dengan seri AAKS aka blue caviar, score green power ini memang tidak terlalu istimewa akibat adanya "delay" atau waktu tunda saat pergantian putaran dari 5400 ke 7200rpm. Wajar saja karena membawa tema "Green computing" maka hemat dan keselamatan data adalah nomor satu meski secara pribadi kinerjanya tidak mengecewakan dan bisa tertutupi oleh kelebihannya. Jadi bukan hanya mendapatkan perlindungan data dari brand terpercaya, namun juga saya akan mendapatkan opsi penyimpanan data yang lebih leluasa lagi yaitu :
  • Hingga 200,000 photo digital
  • Hingga 248,000 lagu (MP3)
  • Hingga 25,000 lagu (uncompressed CD quality)
  • Hingga 76 jam Digital Video (DV)
  • Hingga 384 jam DVD quality video
  • Hingga 120 jam HD video
Sebanyak apa data yang bisa tersimpan didalamnya ...? Cari tahu disitus online Alnect Computer....
keyword di google : " HDD WD Caviar Green SATA 1TB ".

Alnect computer Blog Contest








Saturday, July 11, 2009

Kompatibilitas AM3 dan AM2

Beberapa pengguna amd (amders) sempat bertanya-tanya bagaimanakah kelangsungan platform am2+ kedepannya menyangkut kedatangan generasi processor-processor am3. Jika mboard soket am3 tanpa combo dia hanya memiliki lubang sebanyak 938 sedangkan kaki am2+ sebanyak 940 alhasil gak masuk benar kan tapi untuk untuk mboard am3 combo karena basis penempatan kaki processor sama maka lubang pin dibiarkan tetap 940, processor dibawahnyapun tetap bisa masuk.

Berikut beberapa skenario yang bisa ditemukan di pasaran.

* Mainboard AM3 combo yang mempunyai dua jenis RAM berbeda (DDR2 dan DDR3) bisa dipasang Prosesor AM2/AM2+. jika menggunakan procie am3 ram yg digunakan bisa ddr2 atau ddr3. jika menggunakan procie am2/am2+ harus make ddr2, lubang pin procie dibiarkan 940.

* Mainboard AM3 pure yang mempunyai satu jenis RAM yaitu ddr3, bisa dipastikan tidak ada kompatibilitas untuk procie sebelumnya karena jumlah kaki pin disesuikan untuk procie am3 yaitu 938.

* Mainboard AM2+ yang mempunyai satu jenis RAM ddr2 bisa dipasang Prosesor AM2, AM2+ dan harusnya AM3. kenapa AM3 jg bisa, karena di memiliki imc ddr2/ddr3 disamping itu jumlah kaki sebanyak 938 pasti masuk ke 940.

* Mainboard AM2 yang mempunyai satu jenis RAM ddr2 bisa dipasang Prosesor AM2, AM2+ dan harusnya am3. kenapa AM3 jg bisa, karena di memiliki imc ddr2/ddr3 disamping itu jumlah kaki sebanyak 938 pasti masuk ke 940.


Mengapa am3 harusnya bisa masuk am2/am2+?? pihak AMD sendiri mengungkapkan jika produsen mboard mengikuti rule amd dalam mendesain board mereka maka akan memiliki kompatibilitas terhadap procie diatasnya, mentoknya paling update bios. tapi kadang beberapa produsen menyunat kemampuan tersebut entah alasan ekonomis atau memang menjaga segmen pasar

Got My Cursor @ 123Cursors.com